Bagaimana cara aku menyampaikan padamu?

Keluargaku, teman-temanku, orang-orang sekelilingku,

Sara Fiza
2 min readOct 9, 2023

Bahwa setelah mengenal duka yang dalam, duniaku telah sepi dan tidak ada solusi apapun lagi selain kelak kembali pulang dan pergi dari dunia ini.

Bagaimana aku harus menyampaikan padamu bahwa aku akan hidup dengan kesepian ini seumur hidupku dan aku menerimanya, dan sebesar apapun kamu peduli kamu tidak akan pernah bisa mengusir kesepian itu. Jika aku bisa menerima bahwa aku akan hidup dengan kesepian ini, bisakah kamu menerima juga bahwa tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk membuatku tidak kesepian.

Bagaimana cara aku menyampaikan padamu bahwa jika kamu peduli, cukup empati, cukup ada di sini, cukup temani. Dengan cara apapun tidak apa-apa.

Kamu mungkin suatu saat bisa membuatku tersenyum, bisa membuatku tenang, bisa membuatku bersyukur di tengah semua kesepian ini. Kamu bisa tetap menemani tapi kamu tidak bisa mengubah dan memaksa apa yang aku rasa. Jika suatu saat ketika kamu berusaha membuatku tertawa, tapi aku justru malah mengeluarkan air mata, tidak apa-apa. Karena air mata adalah bagian dari perjalananku dan itu bukan salahmu.

Akan kuberi tahu tentang sesuatu: kamu tidak berbuat apa-apa saja, aku akan tetap menangis jika aku ingin menangis, aku akan tersenyum jika aku ingin tersenyum, dan aku akan selalu merasa sepi baik saat sedang sendiri atau di tengah keramaian.

Bagaimana cara aku menyampaikan padamu bahwa ketika kamu bilang, “Kamu harus ikhlas, ya.” yang sebenarnya harus mendapatkan pernyataan itu mungkin adalah kamu. Yang belum ikhlas adalah kamu yang tidak mau menerima diriku yang baru, yang tidak ikhlas adalah kamu yang tidak mau keluar dari zona nyaman diriku yang selama ini kamu kenal, yang tidak ikhlas adalah kamu yang tidak mau menerima perasaan tidak nyamanmu ketika melihatku berbeda dari yang dulu.

Bagaimana caraku menyampaikan padamu bahwa untuk mencintai dan menyayangi seseorang, kamu hanya bisa mencintai dan menyayanginya saja tanpa bisa mengubah apa yang dirasakan hatinya. Jadi jika kamu masih mau di sini, cintai dan sayangi aku saja tanpa harus memaksaku tersenyum dan tertawa saat aku tidak mau. Jika kamu masih mau di sini, bisakah kamu berusaha untuk juga menerima aku yang baru, aku dengan sepi dan luka yang mungkin tidak nyaman untuk kamu saksikan.

Jika kamu memilih pergi, tidak apa-apa. Sudah banyak yang perlahan-lahan pergi setelah menyampaikan ikut berduka dan tidak mau dekat denganku karena takut salah bicara. Padahal aku akan menerima dan memaafkan kalau salah bicara, aku justru semakin merasa ditinggalkan ketika kamu pergi hanya karena bingung harus berkata apa, hanya karena tidak nyaman dan kikuk karena tidak tahu berbuat apa. Kalau kamu memutuskan untuk perlahan pergi, aku akan masih sama saja, tetap merasa sepi dan akan tetap merasakan semua emosi manusiawi lainnya.

Tapi kalau kamu memutuskan untuk ada di sini dan kamu mau membersamai, akan kuceritakan pelan-pelan tentang bagaimana hidup di dimensi duka yang berbeda dengan duniamu ini. Aku harap kamu hanya tahu dari ceritaku saja, tidak mengalami harus hidup dalam dimensi penuh luka ini. Karena berada di dimensi ini adalah sesuatu yang tidak pernah aku harap dirasakan oleh siapapun di dunia.

Sekali lagi, bagaimana cara aku menyampaikan padamu bahwa kamu cukup ada di sini saja?

--

--

Sara Fiza

The one who survives and tells the tale. Selain menulis, saya menyuarakan keramaian dalam kepala melalui podcast Urai di bit.ly/podcasturai