Bagaimana Caranya Sakit?

Sara Fiza
2 min readJul 21, 2016

--

Kau bertanya kepadaku bagaimana caranya menjadi sakit saat aku terbaring di rumah sakit dengan cairan infus yang menetes begitu perlahan. “Bagaimana?” katamu lagi.

Dalam sekejap aku mengerti inginmu. Aku tahu apa yang kau cari. Tapi aku belum menjawab dan hanya menatap matamu. Mencari sebuah tatap kesungguhan. Apakah kau benar-benar ingin sakit?

Kau bertanya kepadaku bagaimana caranya menjadi sakit karena kau tak mau repot-repot memikirkan tentang rencana yang terlalu jauh seperti bunuh diri. Percuma katamu. Kau tak akan mati meski seingin apapun kau bunuh diri jika Tuhan belum mengijinkan. Ah, ternyata kau masih percaya Tuhan, bukan?

Kau bertanya kepadaku bagaimana caranya menjadi sakit karena kau bilang kau tidak lagi tangguh untuk merengkuh keluh-keluh yang menyepuh. “Aku ingin sakit aja. Tapi aku tidak ingin mati.” Katamu terisak, “aku tidak setolol itu” ah benarkah?

Kau bertanya kepadaku bagaimana caranya menjadi sakit karena kau kata bahwa kau hanya ingin menyingkir sejenak bukan selamanya, kau berkata bahwa kau ingin rebah sejenak dari semua beban yang mengungkung. Ah kau.

Kau bertanya kepadaku bagaimana caranya menjadi sakit justru untuk mengobati. Biarlah fisik sakit, tapi hati akan perlahan pulih meski tak akan lagi utuh. Airmatamu jatuh akhirnya. Dan aku tak lagi mampu menahanmu.

Baiklah, biar kuberi satu rahasia tentang sebuah seni. Seni agar seluruh tubuhmu mengamini rasa sakit yang begitu ingin kau rasakan. Kuncinya adalah hati. Kau ingin sakit? Cukup biarkan hatimu yang telah sakit itu makin sakit secara berkelanjutan. Remukkan semua harapan, ratakan setiap inci kebahagiaan, jadikan dirimu seolah-olah orang paling menderita di dunia, salahkan semua orang yang telah membuatmu ingin rebah. Atur pikiranmu untuk jatuh sakit tiap hari. Yakinkan bahwa kau telah terlalu lama menampung airmata dan kau pantas untuk jatuh sakit. Dengarkan baik-baik, hati adalah komando tertinggi. Sekali ia meminta untuk sakit, maka tubuhmu sebagai abdi akan mematuhi. Dan sakitlah kau.

Duhai engkau, saat kau nanti terbaring sakit, mari bergabunglah denganku di ranjang rumah sakit ini. Kita nikmati rasa sakit kita. Selamat datang, wahai para pesakit! Selamat datang pada duniaku. Selamat bergabung.

Oh ya, aku hampir lupa. Ada pesan terakhir untukmu dariku.

Sekali kau menghujam hatimu sampai mati. Berulang-ulang.

Jangan harap kau bisa kembali.

Karena kau akan mati.

--

--

Sara Fiza

The one who survives and tells the tale. Selain menulis, saya menyuarakan keramaian dalam kepala melalui podcast Urai di bit.ly/podcasturai