Majalah-Majalah di Sudut Kamar

Sara Fiza
1 min readMar 27, 2021

--

Dahulu — wah aku tidak percaya harus menggunakan kata ini — ketika majalah masih menjadi primadona, aku selalu berharap tulisanku bisa dimuat di sana. Ketika aku menulis ini, aku sempat berpikir, apakah para pembaca-pembaca muda mengenal apa itu majalah dan bagaimana kehadirannya mempengaruhi pikiran-pikiran pembaca yang belum banyak disesaki ombak pengetahuan dari sosial media. Tapi, setelah kupikir-pikir lagi, majalah belum sepenuhnya musnah, meski begitu banyak majalah-majalah legendaris yang sudah berhenti cetak, kita masih bisa menemukan majalah National Geographic, Tempo, dan majalah lain yang masih bertahan sampai sekarang.

Apakah kamu salah satu pembaca yang bertahan? aku sudah lama tidak membeli majalah, karena seperti yang kita tahu, akses daring tulisan-tulisan dapat dengan mudah ditemukan. Namun, entah kenapa beberapa hari ini aku rindu sekali dengan majalah-majalah. Aku lihat di sudut kamarku masih ada tumpukan berbagai jenis majalah edisi-edisi lama. Aku membayangkan betapa padatnya dapur redaksi ketika setiap edisi akan terbit, kemudian bagaimana ramainya proses percetakan dan distribusi ke kios-kios majalah dan toko-toko buku.

Kini, ketika memikirkan majalah-majalah, ada sebuah perasaan nostalgia yang sangat membuncah, betapa zaman sudah berlalu, dan dunia berubah dengan cepat. Majalah-majalah yang berisi tulisan-tulisan buah pikir para penulis di masanya terdiam di sudut kamar. Meski begitu, aku selalu ingat, ketika aku sendiri, ketika aku bosan, ketika aku merasa sepi, tulisan-tulisan itu selalu menemani. Para penulis di majalah-majalah itu tetap berarti.

Apakah kamu masih membaca majalah? atau kalau dulu pernah membaca dan berlangganan majalah, majalah apa yang paling kamu sukai?

--

--

Sara Fiza

The one who survives and tells the tale. Selain menulis, saya menyuarakan keramaian dalam kepala melalui podcast Urai di bit.ly/podcasturai