Kota dalam kepala adalah kota yang ramai 24 jam. Bahkan ketika dalam tidur, dalam mimpi, pun keramaian tak terelakkan. Aku mencoba menarik embuskan napas, mencari-cari sudut yang sepi, nihil. Di mana-mana ramai dan berantakan. Para penghuni kota saling bertabrakan tak karuan. Aku mencoba mengeluarkan penghuni kepala dengan kata-kata, berharap mereka pergi dan kota bisa sedikit sunyi, tapi nihil. Sepertinya aku memang harus berhenti mencoba mencari sepi, lalu mencoba berkenalan dengan para penghuni kota dan mengajak mereka untuk setidaknya saling menyadari keberadaan.
Mungkin lama-lama kami bisa berteman.