Mengulurkan Tangan

Sara Fiza
1 min readNov 17, 2022

Ia masih melihat deretan nama di kontak ponselnya dengan cepat dan berulang-ulang. Beberapa nama adalah nama yang berulang kali ia hubungi ketika ia senang dan ingin berbagi, juga ketika sepi dan ingin ditemani.

Biasanya ketika ia menghubungi, nama-nama yang tak asing baginya itu merasa sangat senang dan bercerita banyak tentang ini itu. Ia mendengar dengan utuh. Tanpa ditanya, ia pun berbagi ceritanya, ia merancang pertemuan, ia berkunjung ke sana ke sini, ia sibuk mengurai rindunya seorang diri.

Akhir-akhir ini, ia melihat layar ponselnya berulang kali tanpa menghubungi siapapun. Ponselnya sepi dari nama-nama yang tak asing itu, tapi ramai oleh pekerjaan dan kesibukan lainnya. Ternyata, deretan nama-nama tak asing itu tak kunjung menengoknya duluan. Tak ada yang menanyakan kabarnya ataupun memastikannya baik-baik saja.

Sepi…

Ia akhirnya tetap membuka ponselnya, memilih salah satu nama yang sudah sangat ia kenal, dan menulis sebuah pesan:

“Haiii… kamu gimana kabarnya? Kangeeen.”

Ia selalu jadi yang pertama mengulurkan tangan. Ia tak apa-apa. Tapi kadang, ketika tengah malam telah lewat dan ia terbangun, ia berpikir: apakah ada yang mencariku? Apakah ada yang akan mengulurkan tangannya padaku?

--

--

Sara Fiza

The one who survives and tells the tale. Selain menulis, saya menyuarakan keramaian dalam kepala melalui podcast Urai di bit.ly/podcasturai