Aku pernah berumah di pelukmu. Lelah dan masalah masih ada kala itu (dan memang selalu tidak kunjung usai), tapi meski begitu, aku masih bisa rehat di pelukmu.
Setiap hari ketika aku pergi ke sana kemari, hal yang aku nantikan adalah pulang dan rebah di pelukmu. Dalam dekapanmu, aku membicarakan ini itu: mengeluh, bergurau, tertawa, menangis, atau sekadar diam saja karena energiku sudah runtuh.
Begitulah rumah, bukan?
Ia siap menunggumu untuk menghabiskan waktu bersamanya.
Aku pernah berumah di pelukmu.
Tapi, kini aku rantau.
Dan perasaan aneh apa ini ketika kau ingin pulang, tapi rumah berpulangmu tidak ada lagi?
Apa-apaan ini? Kenapa rindu semenyakitkan ini?
Kini aku rantau,
entah di mana, entah harus melangkah ke arah mana, tapi yang aku tahu, aku ingin pulang dan berumah lagi di pelukmu.